Bicara mengenai pola asuh orang tua, maka tidak lepas dari peran keluarga. Seperti kita tahu, keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya anak memperoleh pendidikan.
Mereka mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan yang harus diikutinya yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan yang lebih luas.
Namun dengan adanya perbedaan dari latar belakang, pengalaman, pendidikan dan tentu saja kepentingan dari orang tua maka terjadilah cara mendidik anak.
Daftar Isi Artikel
Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yg dapat ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
Peranan keluarga begitu penting dalam mendidik anak, hal ini merujuk baik pada pandangan agama, pandangan sosial bermasyarakat dan juga pandangan pribadi.
Apabila dari keluarga bisa menjalankan pendidikan secara bai, ternyata dapat tumbuhkan perkembangan individu seorang anak menjadi manusia dewasa yang mempunyai sikap positif.
Taat pada agama, juga personalitas yang kuat dan berdikari, kekuatan rohani dan jasmani dan cendekiawan yang berkembang dengan maksimal.
Dari rincian di atas bisa diambil simpulan jika pola asuh orang tua ialah langkah mengasuh dan sistem disiplin orang tua dalam terkait dengan anaknya dengan arah membuat karakter, personalitas, dan memberinya nilai- nilai untuk anak agar bisa beradaptasi dengan sekitar lingkungan.
Dalam menerapkan beberapa aturan atau nilai pada anak-anaknya setiap orang tua akan memberinya wujud pola asuh yang lain berdasar background pengasuhan orang tua sendiri hingga bisa hasilkan berbagai macam pola yang lain dari orang tua yang lain juga.
Baca Juga Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif
Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua
A. Menurut Teori Agus Dariyo
Menurut Seroang Tokoh yang Bernama Agus Dariyo (2004:97) ia mengatakan pola asuh orang tua terdiri dari empat tipe, yaitu :
Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented)
Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua yang harus selalu ditaati oleh anak. Orang tua kerap kali bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak.
Anak harus terus menurut dan tidak boleh membantah atau berargumen terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
Dalam hal ini, anak seolah-olah dibentuk mejadi seperti “robot”, sehingga ia kurang memiliki inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain.
Anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari setiap kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba.
Dari segi positif, anak yang dididik dalam pola asuh otoriter ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan.
Akan tetapi boleh jadi, mereka hanya dapat menunjukkan sikap ini di hadapan prara orang tua. Meskipun dalam hatinya berkata lain, hal tersebut membuat anak bertindak dan bersikap lain di belakang orang tua.
Disiplin mereka itu tujuannya ternyata hanya agar dapat menyenangkan hati dari orang tua mereka. Jadi seorang anak cenderung akan memiliki kepatuhan dan kedisiplinan yang tinggi, namun semua sikap tersebut palsu.
Pola Asuh Permisif (Children Centered)
Pola asuh permisif adalah pola dengan segala aturan serta ketetapan berada di tangan seorang anak. Segala hal yang dilakukan seorang anak pasto diperbolehkan oleh orang tua mereka.
Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak dapat cenderung akan bertindak secara semena-mena ketika mereka tidak dalam pengawasan orang tuanya.
Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif, anak kurang disiplin dengan norma sosial yang berlaku.
Jika seorang anak dapat menggunakan hadiah kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab, maka kemungkinan anak tersebut bisa menjadi orang mandiri, inisiatif, kreatif dan mampu memenuhi aktualisasi dirinya.
Pola Asuh Demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak antara anak dan orang tua.
Anak diberi kebebasan dan rasa bertanggung jawab, artinya segala kegiatan yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan mereka dapat mempertanggung jawabkan secara moral.
Seorang anak maupun Orang tua tidak bisa berbuat secara semena-mena. Anak diberi kepercayaan serta dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang dapat dengan mudah mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, dan jujur.
Namun ada akibat negatif, yaitu anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, hal ini karena segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.
Pola Asuh Situasional
Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan atau menganut salah satu tipe pola asuh tertentu. Tetapi orang tua dapat menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
B. Menurut Teori Hurlock
Menurut Hourlock dalam Chabib Thoha (1996 : 111-112) ada tiga jenis pola asuh, yaitu:
Otoriter
Ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang sangat ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku dan bersikap seperti dirinya (orang tua). Kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri sangat dibatasi.
Anak sangat jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua tipe ini menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.
Pola asuh bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman-hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman fisik, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat meskipun sudah menginjak usia dewasa.
Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat ragu-ragu, lemah kepribadiannya dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.
Demokratis
Ditandai dengan adanya pengakuan dari orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung pada orang tua.
Orang tua sedikit memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya sendiri, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam beberapa pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.
Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol diri internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi untuk mengatur hidupnya.
Permisif
Ditandai dengan cara orang tua mendidik anak dengan bebas, anak dianggap sebagai orang yang sudah dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang ia dikehendaki.
Kontrol orang tua terhadap anak dalam pola ini sangat lemah, Apapun yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan mereka.
Baca Juga: Teori Kepribadian Erik Erikson
B. Menurut Tembong Prasetya
Teori Terakhir berasal dari tokoh bernama Tembong Prasetya (2003: 27-32):
Pola Autoritatif
Pada umumnya pola pengasuhan yang satu ini hampir sama dengan bentuk pola asuh demokratis sebelumnya oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996). Namun ada hal yang membedakan pola asuh dalam teori ini, yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa masa depan anak harus tetap dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini.
Orang tua masih memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya, mereka tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku buruk dan tidak sesuai aturan.
Orang tua juga mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan serta ketrampilan-ketrampilan yang akan mendasari setiap anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang.
Pola Asuh Otoriter
Pada pola pengasuhan ini, orang tua tentu saja menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua.
Kebanyakan anak-anak yang berasal dari pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab, namun yang terjadi pada kebanyakan anak cenderung menarik diri secara sosial, kurang dapat bertindak spontan dan tampak kurang percaya diri.
Pola Asuh Penyabar atau Pemanja
Pola pengasuhan ini, orang tua sama sekali tidak mengendalikan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah menegur, mengomentari atau tidak berani terhadap anak.
Anak-anak dengan pola pengasuhan ini akan cenderung lebih bersikap energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter, namun mereka tampak cenderung kurang matang secara sosial (manja), impulsif, mementingkan diri mereka sendiri dan kurang percaya diri (cengeng).
Baca Juga:
Pola Asuh Penelantar
Pada pola pengasuhan ini, orang tua yang kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan kebutuhan perkembangan psikis anak.
Anak dibiarkan berkembang sendiri (otodidaktik), orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya dirinya sendiri dari pada kepentingan anak mereka.
Kepentingan perkembangan kepribadian anak selalu terabaikan, banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatan atau pekerjaannya sendiri dengan berbagai macam alasan.
Anak-anak terlantar ini merupakan anak yang paling potensial terlibat menggunakan obat terlarang (narkoba) dan perilaku kriminal lainnya.
Hal tersebut sudah jelas dikarenakan orang tua yang sering mengabaikan keadaan anak dimana ia sering kali tidak peduli atau tidak tahu seharusnya dimana anak-anaknya berada, dengan siapa anak-anak seharusnya mereka bergaul, sedang apa anak tersebut.
Dengan bentuk pola asuh tipe penelantar tersebut anak akan merasa tidak diperhatikan oleh orang tua mereka, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya sendiri.
Demikian Tulisan mengenai Pengertian dan Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua Menurut Para Ahli. Pola asuh permisif, otoriter, demokratis, otoritatif, protektif, dll. Semoga dapat menjadi bahan dan referensi Anda. Mari ciptakan generasi penerus dengan mengedepankan pendidikan mental dan psikologi.
Daftar Pustaka
- Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
- Gea, Antonius. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta. PT. Gramedia
- Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media Komputindo.
- Thoha, chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka pelajar (IKAPI)