Sebagai seorang konselor atau psikolog, tentunya wajib tahu teknik – teknik konseling individu. Pengetahuan ini penting bagi para praktisi seperti saya yang bergerak di bidang bimbingan dan konseling.
Dalam hal ini tekniknya akan dikategorikan menjadi dua yaitu:
Daftar Isi Artikel
Teknik Konseling Umum
Teknik umum yang dimaksud di tempat ini adalah berbagai keterampilan umum dasar yang wajib dipahami oleh seorang konselor, psikolog dan praktisi lain dalam bidang ini. Macam-macam teknik ini diantaranya.
Teknik Konseling Attending (Perhatian)
Keterampilan attending ini pada dasarnya adalah keterampilan untuk memberikan perhatian penuh pada klien. Tujuannya adadalah saat klien / konseli datan, maka ia merasa disambut dan menciptakan keyamanan.
Dengan rasa nyaman yang tercipta, maka keterbukaan kana terjadi. Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan keterbukaan klien terhadap masalah yang ia hadapi.
Teknik konseling attending ini meliputi beberapa hal yang perlu dipahami, diantaranya dari segi verbal dan non verbal. Yang harus diperhatikan adalah:
- Bahasa Tubuh, maksudnya adalah posisi badan yang tidak mengintimidasi dan menghakimi. Fleksibel dan tidak kaku, serta tidak terlalu formal dalam prosesnya. Lakukan kontak mata sesekali untuk menujukkan perhatian.
- Ekspresi Wajah, tunjukkan ekspresi wajah ramah dan mencerminkan orang yang siap mendengarkan cerita dari konseli. Bukan ekspresi wajah galak, membosankan, dan membuat klien takut.
- Bahasa. Dalam teknik konseling ini yang perlu diperhatikan ialah pemilihan kosa kata yang baik, nada bicara / intonasi yang nyaman untuk didengarkan klien.
Opening (Pembukaan)
Maksud dari opening atau pembukaan ialah teknik konseling yang dipakai untuk membuka pembicaraan dengan klien. Bagian ini penting untuk menentukan arah berjalannya konseling yang sedang dilakukan.
Ada 3 tahapan yang dapat dilakuan dalam teknik opening:
- Perkenalan.
Jika belum kenal, paka perkenalkanlah diri terlebih dahulu. Tunjukkan bahwa konselor adalah orang yang siap membantu dan mendengarkan kliennya, kemudian tanyakan nama klien. - Mulai dari topik netral.
Setelah keduanya saling berkenalan, maka mulailah pembicaraan dari topik yang ringan dan tidak menyinggung permasalahan. Dalam budaya kita sering disebut dengan teknik konseling basa-basi. Bisa dengan menanyakan hobi, hewan peliharaan, atau tempat wisata, dan sejenisnya. - Memindahkan topik netral menuju sesi konseling.
Apabila basa-basi tersebut dianggap cukup, selanjutnya gunakan jembantan untuk menyambungkan topik pembicaraan tersebut perlahan menuju permasalahan yang mereka hadapi.
Acceptance
Maksud dari keterampilan ini adalah bagaimana seorang konselor dapat menunjukkan minat dan pemahaman terhadap topik yang diangkat oleh kliennya. Hal ini dapat dilakukan dengan verbal maupun non verbal:
Contoh:
- Verbal: “ooh begitu ya.. lalu bagaimana lagi selanjutnya?”, “saya paham perasaan kamu”, “Saya mengerti bagaimana posisi kamu”. Dan masih banyak lagi cara lainnya.
- Non-verbal: Anggukkan kepala, kontak mata, dan perubahan posisi duduk (menjadi agak condong ke klien)
Restatement (Teknik Konseling Pengulangan)
Maksudnya adalah dengan mengulang kembali pernyataan yang penting dari klien saat itu. Untuk melakukan ini, konselor harus melakukan sama persis dengan klien. Tidak boleh ada penambahan kata apapun. Untuk nada, itu dapat divariasikan sesuai kebutuhan dan kondisi saat itu.
Contoh teknik konseling pengulangan:
Klien: “Sebenarnya saya ingin menjadi seorang musisi, tapi ayah tidak setuju jika saya menjadi musisi“
Konselor: “Ayah tidak setuju...”
Keterampilan Bertanya
Dalam pelaksanan teknik konseling, konselor perlu memiliki keterampilan bertanya yang baik. Keterampilan ini dibagi menjadi dua tipe pertanyaan yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang bebas dijawab oleh klien, biasanya jawabannya lebih panjang. Contoh pertanyaan terbuka:
“Jadi, bagaimana awalnya kamu bisa suka musik?” jawabannya akan berbentuk cerita yang sedikit panjang.
Sedangkan pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang jawabannya cenderung singkat, dapat mempertegas keyakinan klien atau justru akan meruntuhkan keyakinan klien. Contohnya:
“Apakah kamu merasa bahwa kamu lebih berbakat di musik dibanding hal yang lain?” maka jawabannya akan ya atau tidak.
Bagian ini cukup esensial, karena dengan pertanyaan yang baik maka konselor mendapat banyak keuntungan. Akan ada banyak informasi yang dapat digali dari klien, bahkan dengan pertanyaan tertutup ini konselor dapat mengarahkan klien.
Reflection (Pemantulan)
Saat seseorang menceritakan tentang apa yang dia hadapi, tentunya ada perasaan yang sedang ia rasakan. Kemampuan ini digunakan untuk memantulkan kembali apa yang dirasakan maupun di pikiran klien dengan kata-kata dari konselor.
Ada dua jenis reflection yaitu, reflecion of feeling dan reflection of thinking. Dalam tulisan ini akan dicontohkan adalah reflection of feeling.
Untuk melakukan ini biasanya konselor perlu mengawalinya dengan kalimat “sepertinya, agaknya, kamu terdengar seperti, nampaknya, dan sebagainya”. Dalam menggunakan teknik konseling ini, konselor perlu memperhatikan agar tidak terjadi stereotype.
Contoh penerapan teknik ini: “Sepertinya, kamu memang suka sekali dengan musik ya?”.
Clarification (Teknik Konseling Klarifikasi)
Dalam proses menceritakan masalahnya, tak jarang klien memberikan cerita yang cukup panjang. Bahkan sering kali, klien menggunakan bahasa-bahasa yang kadang ambigu dan sulit dimengerti.
Klarifikasi di sini maksudnya adalah memastikan bahwa apa yang ditangkap konselor sama dengan apa yang ingin disampaikan klien. Caranya adalah dengan menanyakan kembali apa yang konselor pahami dari cerita kliennya sehingga apa yang merka maksud dapat ditangkap dengan baik.
Contoh:
Klien: “Ayah saya itu kejam sekali, hanya karena dia tidak suskes di musik lalu ia menghalangi saya menjadi seorang musisi”.
Konselor: “Maksudnya tidak sukses itu bagaimana?”
Paraphrasing
Nah parafrase ini agak sedikit mirip dengan klarifikasi. Namun pada kasus ini, parafrase lebih bersifat menyatakan kembali point utama dari serangkaian kalimat-kalimat yang diucapkan klien.
Klien: “Iya pada dasarnya ayah saya itu dulu suka musik. Pada saat itu, saat ia muda, katanya ia pernah belajar musik. Bahkan ia menguasai beberapa alat musik yang sulit seperti violin, saxophone, gitar. Tapi menurutnya menjadi musisi itu tidak memiliki masa depan yang jelas.”
Konselor: “jadi, alasan ayahmu tidak setuju itu ia khawatir akan masa depanmu…?“
Jika parafrase yang dilakukan konselor bernar, biasanya klien akan merespon dengan kata “ya / benar”, secara langsung.
Structuring (Pembatasan)
Teknik konseling ini bertujuan untuk memberikan batasan batasan tertentu, sehingga proses konseling berlangsung dengan lebih efisien dan fokus terhadap masalah tertentu yang sedang diselesaikan. Beberapa batasan yang diberikan baisanya:
- Time Limit, yaitu mengatakan pada klien bahwa ada batas waktu yang ditentukan dan sepakat untuk melaksanakan prosesnya secara efektif dalam waktu tersebut.
- Role Limit, yaitu pembatasan peran konselor bahwa batas dari peran konselor dalam membantu masalah klien sebatas sampai “a, b, c, d” saja.
- Problem Limit, yaitu pembatasan masalah yang artinya bahwa masalah akan diselesaikan satu demi satu. Tidak dapat dicampur langsung dalam satu sesi.
- Action Limit, yaitu pembatasan terhadap apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam proses konseling.
Keterampilan Genuine
Maksud dari keterampilan ini adalah kemampuan konselor untuk memberitahukan kejujuran dari konselor terhadap klien tanpa membuat proses konseling terganggu.
Contohya:
Klien: “Kalau untuk menjadi musisi saja tidak boleh, mungkin saya akan meninggalkan rumah dan tidak bersekolah saja”
Konselor: “Menurut saya itu tidak menyelesaikan masalah, apakah tidak ada jalan lain agar tetap bersekolah tapi tetap bisa bermain musik?”
Silence (Teknik Konseling Diam)
Teknik diam ini penting untuk dilakukan sesekali, karena dengan diam ini dapat bermanfaat bagi konselor maupun klien. Saat konselor telalu aktif, maka parlu adanya diam. Bahkan sesekali diam juga adalah respon yang bagus untuk klien, karena dengan itu ia dapat lebih banyak memberikan informasi.
Di samping informasi, konselor juga dapat menyadari apakah ada momentum untuk memunculkan kesadaran klien. Bagi klien, diam ini juga dapat mejadi istirahat secara psikologis agar ia dapat menata kembali pikiran serta perasaannya.
Reassurance (Penguatan/Dukungan)
Reassurance merupakan keterampilan seorang konselor dalam memberikan dukungan terhadap pernyataan positif klien. Tujuannya adalah agar klien dapat lebih kuat menghadapi permasalahan, dan tentunya percaya diri terhadap hal positifnya. Ada 3 jenis reassurance:
- Prediction Reassurance yaitu penguatan dalam bentuk prediksi, artinya dukungan terhadpa penryataan positif klien yang akan dilakukan.
Contoh: “oh.. bagus sekali, jadi kamu berrencana mengambil kursus musik tanpa meninggalkan kuliah” - Postdiction Reassurance yaitu penguatan terhadap apa yang telah dilakukan oleh klien.
Contoh: “itu langkah yang bagus sekali sudah mencoba membicarakan hal ini pada ayahmu, tidak semua orang seterbuka itu pada ayahnya” - Factual Reassurance yaitu teknik yang digunakan untuk mengurangi beban yang dirasakan klien pada saat itu dengan menggunakan perbandingan fakta. Tunjukkanlah bahwa jika hal itu dialami orang lain, maka pastinya mereka merasakan hal yang sama.
Contoh: “wajar sekali, tidak hanya kamu.. mungkin orang yang memiliki ayah dengan otoritas setinggi itu juga merasakan hal yang sama”
Rejection (Penolakan)
Penolakan terhadap ide-ide klien yang dirasa tidak akan membantu menyelesaikan masalah. Penolakan bisa dilakukan secara halus seperti pada bagian genuine. Juga bisa dilakukan secara tegas seperti di bawah ini
Contoh: “Saya tidak setuju, kabur dari rumah itu hanyalah pastinya akan menambah permasalahan yang lebih besar”
Konfrontasi (Pertentangan)
Teknik konseling konfrontasi ialah teknik yang digunakan apabila ada peryataan atau sikap klien yang bertentangan atau tidak konsisten pada diri klien. Ketidak konsistenan klien bisa terjadi di beberapa hal. Pertama, perkataan dan bahasa tubunya. Kedua, antara perkataan awal dan berikutnya berbeda. Ketiga perkataan dan perbuatannya berbeda.
Contoh:
- “Kamu mengatakan mencintai sekali dunia musik, tapi wajah kamu tidak menunjukkan antusiasme itu”
- “Jadi kenapa bisa kamu kagum pada ayahmu tapi kamu juga bilang kamu membenci ayahmu“
- “Kamu tadi bercerita bahwa kamu menyayangi keluargamu, tapi kamu pergi dari rumah”
Advice (Saran)
Saran di sini bukan nasihat atau dikte terhadap klien itu sendiri. Konselor tidak diperkenankan memberikan nasihat solusi apapun terhadap klien. Saran disini berfungsi untuk memperjelas kembali apa yang akan dilakukan klien. Ada 3 jenis advice yaitu:
- Advice Langsung, merupakan nasihat/saran dalam bentuk fakta dan informasi yang belum diketahui klien sama sekali.
Contoh:
Klien: “saya ingin mengetahui bakat saya yang sesungguhnya untuk memberikan bukti pada orang tua saya bahwa saya berbakat di musik”
Konsleor: “tes psikologi untuk mengetahui bakat minat setahu saya ada di jalan Imambonjol, kamu bisa datang kesana untuk mengetahui bakat minat kamu” - Advice Persuasif, merupakan nasihat untuk klien yang sudah memberikan alasan-alasan logis terhadap rencananya.
Klien: “Sepertinya saya akan tetap berkuliah, namun di sela-sela waktu saya akan terus mengasah kemampuan musik saya. Saya juga akan mengambil kursus privat musik agar tidak mengganggu waktu kuliah saya nantinya.”
Konselor: “Rencanamu untuk membagi waktu shingga kemampuan musikmu bertambah itu luar biasa, saya pikir kamu bisa melakukannya” - Advice Alternatif, meruapakan pemberian nasihat berupa kelebihan dan kelemahan dari setiap rencana dan alternatif yang klien kemukakan. Dengan melakukan ini, klien akan mempertimbangkan kelebihan-kekurangan, keuntungan-kerugian dari setiap keputusan yang ia rencanakan.
Interpretasi (Penafsiran)
Mengartikan atau menerjemahkan kata-kata yang terkandung dari apa yang diungkapkan klien, kemudian konselor mengungkapkannya kembali sesuai pemahaman konselor. Tujuannya agar klien bisa lebih memahami dirinya sendiri dengan pikiran terbuka.
Contohnya: “Dari cerita kamu tentang keinginan kamu menjadi musisi, apakah hal tersebut dari dirimu sendiri atau ini hanya euforia sementara saja? bagaimana menurutmu?”
Summary (Ringkasan/Kesimpulan)
Teknik konseling yang digunakan untuk menyimpulkan proses konseling itu sendiri dan memberikannya kembali kepada klien. Tujuannya agar klien dan konselor mengulang kembali bagian-bagian penting dari proses konseling yang berlangsung. Biasanya hal ini dimulai dengan kalimat “… seajuh ini”, “.. dari yang kita bicarakan dari awal hingga saat ini….”, dan masih banyak lagi.
Teknik konseling Termination (Pengakhiran)
Terminasi ini digunakan untuk mengakhiri proses konseling bersama klien. Baik mengakhiri untuk sesi hari tersebut maupaun mengakhiri sesi konseling terakhirnya. Biasanya dalam pada bagian ini akan disambung dengan teknik summary.
Teknik Konseling Khusus
Teknik konseling khusus ini adalah teknik-teknik yang lebih terapeutik untuk menghadapi masalah tertentu seperti CBT, Logoterapi, Behavioristik, Gestalt, dll. Kita akan sambung lain waktu. Selamat membaca… Jangan lupa follow saya di instagram @gun_abraham
Sumber / Daftar Pustaka Teknik Konseling:
- https://www.psikologimultitalent.com/2015/08/memahami-ragam-teknik-teknik-dalam.html
- https://www.psikologimultitalent.com/2015/08/memahami-praktek-teknik-teknik-dasar.html
- https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/3/24/keterampilan-keterampilan-dalam-konseling.html
- https://www.researchgate.net/publication/318743506_Buku_Ajar_Keterampilan_Dasar_Konseling